TAHUN NAGA
Bicara IMLEK, Pontianak bro tempatnya. Kota dengan mayoritas warganya orang-orang Tionghoa itu masih kental dan kukuh lestarikan budayanya. Pesta Imlek dirayakan dengan segala kemeriahan mulai dari pesta kembang api dan mercon, atraksi naga dan barongsai, hingga misa dan pembagian jeruk mandarin di Gereja bagi yang telah memeluk agama Kristen Katolik. Kesepian dan kegelapan malam Tahun Baru Imlek pun sirna bak siang hari oleh terang berbareng riuh renyah suara kembang api dan mercon yang tiada henti. Ribuan mercon dan kembang api meletus beriringan melayangnya jutaan rupiah dalam beberapa jam saja. Semua itu sebagai upaya pengusiran roh-roh jahat agar orang dapat masuk dan menjalani Tahun Baru dengan penuh kedamaian, sukacita dan berharap rejeki melimpah. Pesta pun berlanjut dengan mengucap syukur kepada Yang Ilahi dan saling berjabat tangan memohon maaf berhalal bihalal.
Panti Bhakti Luhur pun kena imbasnya tuk limpahan uluran kasih mereka. Syukur ya Tuhan untuk semuanya itu. Anak-anak kami juga mengalami kegembiraan tersendiri ikut merayakan Tahun Baru Imlek. Mengapa tidak? Sebagian besar donatur panti adalah orang-orang Tionghoa. Maka, seperti tahun-tahun baru sebelumnya, Tahun Baru Naga kali ini pun anak-anak berkunjung dan halal-bihalal dari rumah donatur yang satu ke rumah donatur yang lain. Mereka berangkat dengan antusias dan kegembiraan. Sudah jelas karena mereka akan menikmati suguhan yang enak-enak, juga yang tak kalah menyenangkan, terima angpao... Pesta Imlek dirayakan hingga hari kelima belas, hari raya Cap Go Meh.
Perayaan Cap Go Meh telah dikemas dan dijadikan paket pariwisata nusantara, sehingga banyak berdatangan turis domistik maupun manca negara. Kota Singkawang adalah kota bernuansa China totok yang menjadi tempat pesta Cap Go Meh dipusatkan. Di sana ribuan manusia berjubel-jubel memadati jalanan kota untuk menyaksikan rangkaian kegiatan, seperti lomba lagu dan tari, serta menonton atraksi naga, parade lampion dan tatung.
Panti Bhakti Luhur pun kena imbasnya tuk limpahan uluran kasih mereka. Syukur ya Tuhan untuk semuanya itu. Anak-anak kami juga mengalami kegembiraan tersendiri ikut merayakan Tahun Baru Imlek. Mengapa tidak? Sebagian besar donatur panti adalah orang-orang Tionghoa. Maka, seperti tahun-tahun baru sebelumnya, Tahun Baru Naga kali ini pun anak-anak berkunjung dan halal-bihalal dari rumah donatur yang satu ke rumah donatur yang lain. Mereka berangkat dengan antusias dan kegembiraan. Sudah jelas karena mereka akan menikmati suguhan yang enak-enak, juga yang tak kalah menyenangkan, terima angpao... Pesta Imlek dirayakan hingga hari kelima belas, hari raya Cap Go Meh.
Selamat Tahun Baru IMLEK
Gong Xi Fat Cai
Perayaan Cap Go Meh telah dikemas dan dijadikan paket pariwisata nusantara, sehingga banyak berdatangan turis domistik maupun manca negara. Kota Singkawang adalah kota bernuansa China totok yang menjadi tempat pesta Cap Go Meh dipusatkan. Di sana ribuan manusia berjubel-jubel memadati jalanan kota untuk menyaksikan rangkaian kegiatan, seperti lomba lagu dan tari, serta menonton atraksi naga, parade lampion dan tatung.
Menyaksikan pesta Cap Go Meh di Singkawang bersama Pak Wakil Gubernur Kal-Bar (Christiandi Sanjaya SH.MM)
Mejeng bersama Pak Walikota Singkawang (Hasan Karman), Pak Wakil Gubernur Kal-Bar (Christiandi Sanjaya SH.MM) dan Ibu Ketua DPR Walikota Singkawang (Thjai Chui Mie). Pastor Surip Stanislaus OFMCap. (Ketua Lembaga Biblika Indonesia) pun tak mau ketinggalan unjuk gigi bersama kami.
Naga berukuran 200 m di GOR Kridasana Singkawang dengan latar belakang 2000 Lampion
Kota Singkawang berhias Meihua dan Lampion di siang dan malam hari. Mei artinya cantik dan hua artinya bunga.
Tak kalah seru dan ngerinya atraksi Tatung yang jumlahnya 750 tim. Mereka diusung dengan keranda dan beraksi dengan berdiri atau duduk di atas bilahan pedang tajam dan pegangan pada trisula atau pedang tajam. Ada yang mulutnya ditusuk dengan jeruji lalu diujungnya diberi buah jeruk atau kelapa.
Tatung diusung dengan keranda beralaskan bilahan pedang tajam dalam posisi horisontal dan fertikal sambil diiringi tabuhan genderang berirama.
Bukan hanya orang China, tetapi juga orang pribumi Dayak bahkan pendatang Melayu ambil bagian menjadi Tatung.
Tatung pun tak mau kalah dalam hal kaderisasi.
Tatung anak perempuan duduk dan menginjakkan kakinya di atas bilahan pedang tajam.
Tatung anak perempuan duduk dan menginjakkan kakinya di atas bilahan pedang tajam.
Keranda beralaskan paku tajam.
Tatung anak laki-laki berdiri di atas paku-paku tajam dan kadang duduk serta berpegangan pada bilahan pedang tajam.